Tradisi Pencak Dor
Sejumlah pemuda menderita luka-luka saat mengikuti tradisi pencak dor atau tarung bebas di Kota Nganjuk, Minggu (27/11) siang. Dalam tradisi tersebut, ratusan pesilat muda antar berbagai perguruan silat saling bertarung secara bebas tanpa pendaftaran tanpa alat pengaman dan tanpa aturan macam-macam.
Pokoknya siapa yang berani langsung diperbolehkan masuk ke tengah arena pertandingan. Uniknya meski tak ada hadiah yang diberikan pada pemenang, namin tradisi ini di gelar untuk merayakan datangnya tahun baru islam.
Pencak dor atau tarung bebas yang di gelar di Kelurahan Mangundirakan Kecamatan Kota Nganjuk ini diikuti oleh remaja dan pemuda dari berbagai perguruan silat di Kabupaten Nganjuk.
Sesuai dengan namanya "tarung bebas", dalam pertandingan ini para peserta bertarung secara bebas. Meski peserta pertarungan bebas ini adalah para pendekar dari berbagai perguruan silat, namun dalam pertarungan langsung dan bebas ternyata tak tampak satupun jurus-jurus yang bisa dikeluarkan oleh para petarung.
Begitu wasit membuka pertandingan, para pendekar ini langsung saling serang sekenanya. Karena tak ada alat pengaman, tak sedikit para petarung yang menderita luka-luka. Meski demikian, para petarung ini mengaku tidak ciut nyali dan justru merasa lebih berani.
KH. Amir Mawah Dahlan, tokoh dan sesepuh perguruan silat Pagar Nusa di Nganjuk mengaku sengaja menggelar acara pencak dor atau tarung bebas untuk merayakan datangnya tahun baru Islam atau datangnya tanggal 1 suro.
Sebab pada tanggal 1 suro biasanya para murid perguruan silat menjalani prosesi khataman atas pelatihan silat yang telah mereka ikuti selama satu tahun sebelumnya. Sehingga pasca khataman, kemampuannya yang diperoleh pesilat dapat langsung dibuktikan.
Meski dalam tarung bebas ini para peserta bertarung habis-habisan, namun tak ada hadiah apapun buat para peserta. Pasca bertarung meski mengalami luka, bersama lawannya para peserta tidak boleh saling mendendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar